Pemain Persib di era 60-an ini menilai skuad Pangeran Biru pascakekalahan melawan Persiba Balikpapan.Menurutnya para pemain kurang memiliki semangat yang dibutuhkan membela nama besar Persib.
“Seharusnya, pemain itu malu kalau dikalahkan lawan. Penuh penyesalan, dan mengerti apa kekurangan tim,” ujar Max, Selasa (31/5/2011).
Sebagai bintang Persib di masa lalu, lelaki kelahiran Cimahi 7 Juni 1944 ini mengakui ada perbedaan sepakbola di era sekarang. Pemain tidak lagi punya kebanggan terhadap tim yang dibela, meski sebagian besar ditujukan kepada pemain luar Bandung.
“Tidak perlu saya katakan seperti itu memang. Tapi semua juga sudah mengetahui. Ketika saya bermain, ada yang namanya rasa kebanggan di dalam diri. Bukan hanya di Persib, bahkan dipanggil tim nasional selalu ada kebanggan yang tertanam dalam diri saya,” ungkap lelaki yang kini bekerja membuat dokumentasi perjalanan Persib yang diambil dari koran-koran.
Max menunjuk bahwa pengurus, baik pemain, pelatih dan manajemen melakukan pengecekan ulang terhadap faktor gagalnya Persib meraih gelar juara. Padahal, kata Max, dengan sepakbola yang profesional, para pemain tidak lagi harus repot memikirkan untuk makan apa hari ini.
“Tentu ini sangat berbeda. Di timnas dulu, saya bisa dapat Rp 2.500 dengan berlatih selama satu hari. Tapi bukan itu yang saya lihat, syukuri apa yang didapat. Sisanya berlatih dengan rajin,” jelas pemain yang mulai membela Persib sejak 1962 ini.
Max melontarkan, seperti kebanyakan pemain lainnya, dia harus menghangatkan bangku cadangan dulu sebelum dipercaya mengisi posisi 11 pemain inti. “Luar biasa menjadi pemain Persib di era saya. Tidak tahu, apakah berbeda dengan yang sekarang?,” tukasnya.
Di klasemen sementara Indonesia Super League (ISL) 2010/2011, Persib tertahan di urutan ke-8. Menyisakan dua partai sisa di kandang sendiri juga akan menentukan sejauh mana Persib mampu mengakhiri musim ini dengan kepala tegak.
Jika berkaca pada dua musim ke belakang, Persib yang bermaterikan pemain bagus, jika secara prestasi justru lebih baik. Persib menduduki posisi 3 di musim 2008/2009 dan posisi 4 di 2009/2010. Kala itu Persib dibesut Jaya Hartono.
Max menyarankan, apapun hasil yang diraih Eka Ramdani dan kawan-kawan sudah tidak mempengaruhi klasemen. Libur panjang dan jeda kompetisi yang sangat terpengaruh badan sepakbola tanah air, PSSI, merupakan waktu yang tepat untuk mengubah nasib Persib. “Lakukan perubahan dengan mengandalkan pembinaan. Pertahankan pemain yang loyal saja,” tegasnya.
Max sendiri merupakan pemain yang pernah terpanggil membela timnas Indonesia. Bahkan pada tahun 1965, Max bersama tim PSSI berkesempatan menjajal kemampuan di luar negeri dengan melakukan tur keliling Eropa. Pemain yang berposisi sebagai penyerang ini menunjukkan kecanggihan olah bola serta naluri mencetak gol yang superior selama tur tersebut. Salah satu klub Eropa, Werder Bremen, yang kala menjadi juara Bundesliga hanya berhasil menang tipis 6-5 melawan timnas Indonesia. Dua gol diantaranya dibukukan Max.
Max menambahkan, sebaiknya para punggawa Persib menggunakan hati agar bisa merenungkan kepercayaan diri sebagai pemain yang mengharumkan Bandung. “Harus pakai hati,” tambahnya. Lantas, apakah pemain sekarang ini tidak pakai hati? “Saya tidak bilang begitu, tapi semua orang bisa menilai,” pungkasnya.