PEMAIN SEHARUSNYA TIDAK TERPENGARUH SINAR LASER

28 December 2010

CIMAHI, (PR).-
Insiden laser pada final Timnas Indonesia melawan Malaysia leg pertama Piala AFF 2010 di Stadion Bukit Jalil Malaysia, Minggu (26/12), seharusnya jangan membuat konsentrasi pemain terganggu. Hal itu membuat mental semakin menurun dan berpengaruh pada prestasi tim.

Demikian diungkapkan Pelatih Persib Bandung Daniel Roekito seusai latihan di Lapangan Brigif 15 Kujang II, Senin (27/12). Menurut dia, mengenai sinar laser, pemain tidak perlu mengurus hal itu, tetaplah terus bermain.

"Saya sering katakan empat unsur jadi juara, yaitu fisik, teknik, taktik, dan mental. Kemarin malam itu masalahnya mental. Laser itu psywar, pemain enggak usah protes itu kan sudah ada wasit. Jangan membubarkan diri ingin perlindungan, ini udah enggak benar," katanya.

Menurut Daniel, seharusnya pemain membiarkan hal itu dan buktikan bahwa mereka bisa. Mengenai tindakan tidak sportif tersebut, biar wasit yang mengurus. Sebetulnya pemain kelas dunia seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi juga sering kena laser oleh penonton, tetapi mereka tidak terpengaruh dan tetap fokus bermain.

"Mengenai timnas, sebenarnya saya enggak etis kalau bicara soal itu. Tetapi saya harus fair, tidak hanya Maman dan Markus. Jangan salahkan perorangan yang jelas ini tim," ujarnya.

Ia menambahkan, pada kekalahan Timnas 0-3 tersebut tidak ada pemain yang harus disalahkan. Sepak bola merupakan kerja sama tim. Dengan kekalahan tersebut, kata Daniel, semua patut disalahkan termasuk pemain, pelatih, dan PSSI. "Jadi jangan saling menyalahkan, semua salah," ujar pelatih berkumis itu.

Lebih jauh Daniel mengatakan, pemain kurang fokus dan mental mereka juga anjlok. "Pemain itu harusnya dikarantina, tidak boleh ada pemain yang diajak makan di sana ikut, makan di sini ikut. Mereka terlalu banyak kegiatan di luar lapangan. Seharusnya kalau tidak ada kegiatan latihan ya diam saja di mes, enggak ada yang boleh keluar," ucapnya.

Menurut dia, pada leg kedua di Jakarta nanti, Rabu (29/12), Indonesia bisa lebih baik. Hal itu tergantung pelatih dalam menanamkan mental, dan hal tersebut merupakan tugas berat Alfred Riedl.

Mantan pemain Timnas Robby Darwis menuturkan, para pemain Timnas saat itu terlalu percaya diri pada kemenangan 5-1 sebelumnya. Seharusnya mereka bermain lebih tenang dan tidak terburu-buru.

Pada laga tersebut, Robby menyoroti lini belakang. "Babak pertama, Malaysia terlihat sudah frustasi, tetapi saat gol pertama tuan rumah, konsentrasi Indonesia hilang, terlalu berambisi cetak gol sehingga lini balakang lengah," katanya.

Robby menyadari adanya masalah mengenai profesionalisme pemain. Seharusnya pemain jangan terganggu dengan persoalan suporter. "Saat wasit menghentikan pertandingan, seharusnya Timnas lebih solid lagi. Akan tetapi, pemain semakin hilang konsentrasinya," katanya.

Sementara itu, Sport Scientist Badan Tim Nasional (BTN) PSSI, dr. Phaidon L. Thoruan mengatakan bahwa kekalahan itu harus jadi motivasi untuk berbenah diri. Ia juga menyoroti mental bertanding para pemain. Menurut dia, saat itu pemain Timnas Indonesia tidak siap dalam mengantisipasi gangguan suporter Malaysia. "Kita tidak siap mengantisipasi kecurangan yang dilakukan suporter lawan," katanya.

Menurut dia, antisipasi adalah salah satu bagian dari mental bertanding yang harus dimiliki pemain selain fokus, percaya diri, disiplin, dan kerja sama tim. "Terutama strategi khusus untuk antisipasi hal-hal yang terjadi di luar hal normal seperti perbuatan curang, kasar, atau provokasi dari pemain lawan," ujar pria yang akrab dipanggil dr. Fai itu. (A-183/A-197)***

Sumber: PR

By: BP

0 comments:

Post a Comment

 
 
 
 
Copyright © Persib Online
Powered by Blogger