PERSIB, PERLU PELATIH BAGAIMANA LAGI?

5 November 2010

PRESTASI Persib pada awal musim kompetisi Liga Super Indonesia 2010-2011, sepertinya mengundang reaksi pesimistis untuk bisa berjaya menjadi juara atau bahkan berada pada deretan papan atas. Dari enam pertandingan yang telah dilakoni, jumlah kekalahan mendominasi catatan hasil akhir pertandingan. Persib bukannya bisa lebih baik, tetapi sebaliknya makin terpuruk.

Dengan rentetan menurunnya prestasi Persib seperti saat ini, siapa yang harus bertanggung jawab? Materi tim bergelimang pemain bintang dengan status label nasional, tetapi tak sebanding dengan prestasi klub.

Masalah Persib kali ini terbilang kompleks dari awal. Persib seakan-akan terbawa sugesti dari awal pembentukan tim hingga pemilihan pelatih, yang penuh dengan perbedaan pendapat dan berakibat perjalanan Persib terseok-seok.

Apabila kita kupas satu per satu, saat ini yang menjadi sorotan menurunnya performa Persib yaitu masalah pelatih. Sosok Jovo Cuckovic menjadi kambing hitam, di balik semua keterpurukan Persib. Bahkan, pemain tak ragu mengeritik strategi maupun cara melatih Jovo. Padahal, saat itu pemain sepakat memilih Jovo ketimbang dilatih Daniel Darko Janackovic.

Jika melihat sejarah diangkatnya Jovo menjadi pelatih kepala Persib, justru berdasarkan kehendak pemain. Satu keputusan amat langka, bahkan bisa jadi baru kali ini terjadi di dunia, pelatih dipilih pemain seperti di Persib.

Nah, setelah Persib terpuruk, apa Jovo yang pantas disalahkan? Apa ada pemain yang membela dia. Padahal, pemain sendiri sepakat memilih dia? Kok, saat Persib menelan kekalahan terus, pemain lepas tangan dan berani mengeritik kinerja Jovo.

Menilai soal kesiapan mental pemain mengikuti kompetisi, sebenarnya sudah bisa tergambarkan sejak masa persiapan kompetisi. Pemain sudah berani berontak menolak pelatih Daniel Darko Janackovic, karena dinilai terlalu menerapkan aturan disiplin tinggi, sehingga yang dimunculkan adalah Janackovic pelatih arogan karena tidak bisa diajak komunikasi dan kompromi. Dan, ini pun, bisa jadi kejadian pertama di dunia, pemain menolak pelatih. Jaya Hartono ketika melatih Persib pun sempat dikeluhkan karena latihan terlalu keras.

Lalu, sebenarnya perlu pelatih bagaimana lagi yang cocok di Persib? Karakter pelatih dengan disiplin tinggi dan tegas seperti Janackovic ditolak, pelatih hasil kesepakatan pemain seperti Jovo dikeluhkan pemain sendiri. Lebih baik sekarang saling introspeksi akan kewajiban menjalankan tugas di Persib dengan pembuktian prestasi, ketimbang muncul sikap berani melawan.

Jika memang akan hadir pelatih baru, tak perlu lagi ada pergantian di tengah jalan. Setegas atau disiplin apapun, kuatkan mental untuk patuh pada pelatih.

Demi kebaikan Persib, diharapkan kasus seperti ini tidak terulang di kemudian hari. Perjalanan kompetisi ini masih panjang. Ingat, nama besar Persib jangan sampai tenggelam! (Novianti Nurulliah/"PR") ***

Sumber: PR

By: BP

1 comments:

Anonymous said...

wah...hebat para pemain Persib ayeuna...dilatih kudu ku pelatih yang enjoy..tong cape teuing...pemain naon nya anu kitu teh? dulu ngadukung Jovo ayeuna nyalahin Jovo, nukitu kalakuanana pemain naon nya? Pelatih dianggap teu bisa komunikasi dan bisana ge bhs Inggris, tapi naha ari pamaen nyieun kaos make bhs Inggris? di Pekan Baru aya paen ngamuk ..pieraeun pisan, ari nu kitu pamaen naon nya?
Al hasil...ayeun Persib teh diisi ku pamaen naon nya? rek diganti pelatih oge..moal jamuga mun akar kekacauannya teu di leungitkeun...brantas kekacauan di dalam Persib!!!!!!!

Post a Comment

 
 
 
 
Copyright © Persib Online
Powered by Blogger