PERSIB BUTUH PEMAIN ATAU STRATEGI BARU?

29 October 2009

ISU perekrutan pemain baru di tubuh Persib menjadi topik media di Bandung hampir setiap hari. Sepasang hasil negatif yang dibawa pulang dari Balikpapan (kalah 0-2 dari Persiba) dan Makassar (1-2 dari PSM) membuat manajemen kepanasan.

Evaluasi singkat digelar. Selain buruknya kondisi fisik (menurut pelatih), ketiadaan pemain yang dapat berperan maksimal di pos bek sayap kiri menjadi catatan. Manajemen dan pelatih kemudian berunding dan bergerak mencari pemain yang dibutuhkan. Sembari menunggu, Asisten Manajer Dedy Firmansyah meminta tim pelatih fokus pada pencarian strategi yang tepat untuk mengakomodasi kemampuan sembilan belas pemain yang dimiliki. Karena menurut dia, Persib saat ini juga memiliki kualitas yang lebih dari cukup untuk bersaing di papan atas.

Kalau dilihat dari kualitas dan komposisi pemain di setiap lini yang tidak banyak berubah dibandingkan dengan musim lalu, Persib yang menargetkan diri menjadi juara rasanya tidak pantas ada di papan bawah tanpa poin. Bercokolnya empat pemain Timnas, duet stopper Maman Abdurahman dan Nova Arianto, serta gelandang bertahan Hariono, dan playmaker Eka Ramdani adalah ukuran kualitas lokal yang berkelas. Di lini depan, "Pangeran Biru" juga memiliki top scorer empat musim beruntun, Cristian Gonzalez, serta pemain multifungsi Hilton Moreira.

Dengan komposisi pemain yang tak banyak berubah, plus penambahan mantan-mantan Persib, soliditas yang berujung kematangan bermain semestinya bisa terwujud. Namun, jika melihat dua kekalahan, soliditas itu seperti belum terbentuk.

Perumusan strategi yang tepat, seperti yang dikatakan Dedy pantas terlontar. Persib seperti belum bisa mengantisipasi lowongnya posisi sentral yang ditinggalkan Lorenzo Cabanas dan tiga pemain sayap kiri Salim Alaydrus, Harry Salisburi, dan (terutama) Siswanto.

Saat memiliki dua otak penyerangan dalam diri Cabanas dan Eka, serangan Persib melaju kencang. Nama Cabanas dan Eka selalu disebut pertama oleh setiap pelatih lawan sebagai pemain yang pergerakannya mesti dikunci. Namun, ketergantungan itu juga berkembang menjadi bumerang karena ketika salah seorang atau keduanya tak bermain bagus, Persib menuai hasil minor.

Cabanas sudah pergi dan Eka belum menemukan pendamping sepadan. Belum lagi potensi kehilangan Eka lebih besar karena rutin dipanggil ke Timnas. Kehilangan Siswanto di sektor kiri juga jadi catatan karena Persib belum memiliki pengganti sepadan.

Kondisi ini menjadi tantangan bagi Persib. Jaya Hartono yang berpengalaman mengantar Persik jadi juara dan menghadirkan rekor bagus bagi Deltras lolos ke babak "8 Besar", tentu memiliki kapasitas dalam merespons keadaan ini. Modifikasi formasi dari 3-5-2 menjadi 3-4-3 dipakai Jaya Hartono sebagai penyegaran sejak tengah musim lalu. Kali ini, dia memberi posisi lebih bebas (seperti Cabanas) kepada Budi Sudarsono, namun belum tampak berjalan dalam dua laga. Perubahan formasi memang perlu karena pada pertengahan musim lalu Persib sempat terseok akibat patron klasik 3-5-2 yang sudah dipahami lawan.

Persib masih memiliki cukup waktu untuk menemukan formulasi strategi yang tepat. Duel derby Jawa Barat melawan Pelita Jaya dan Persitara Jakarta Utara di hadapan bobotoh akhir bulan nanti akan menjadi penilaian apakah perubahan strategi yang disiapkan tim pelatih bisa membawa hasil positif. Saat itu, kekuatan Persib sudah bertambah karena kiper Thailand Sinthaweechai Hathairattanakool telah tiba.

Pengganti enam poin yang hilang wajib diraih di kandang. Lampu peringatan untuk pencapaian target juara akan menyala makin terang kalau sampai Persib belum menemukan ritme dan kembali gagal meraih poin. Apalagi, dua laga berikutnya -- bertamu ke Persiwa Wamena dan Persipura -- tergolong amat berat. (Arif Budi K./"PR")***


Sumber Berita: Pikiran Rakyat

By: Balad Persib

0 comments:

Post a Comment

 
 
 
 
Copyright © Persib Online
Powered by Blogger