25 July 2013
BAGI Naser Al Sebai, menjalani ibadah puasa di
Indonesia adalah pengalaman pertama. Walau Indonesia berpenduduk
mayoritas muslim, tetap masih agak terasa asing bagi Naser untuk
berpuasa, terutama dalam soal menu makanan.
Bagi Naser dan keluarga, makanan Indonesia yang kerap didominasi manis dan pedas belum bisa sepenuhnya cocok di lidah mereka.
"Lidah kami, warga Arab, familiar dengan asam dan asin. Di sini kebanyakan pedas dan manis," kata Naser kepada Tribun saat hendak berbuka puasa di rumahnya, Minggu (21/7).
Karena belum akrab dengan menu berbuka khas Sunda, Naser pun terpaksa
mengolah sendiri menu- menu berbuka puasa ala negerinya, Suriah.
Langkah pertama yang dia lakukan adalah menyiapkan tepung terigu yang
sudah dibentuk menjadi bahan lapisan berbentuk bundar seperti kebab
atau ada juga yang terbuat dari gandum.
Langkah berikutnya menyiapkan buah squash, bahan sup kaldu yang di
Indonesia disebut kaldu ayam, berbagai bahan acar seperti mentimun, kol,
dan buah-buahan sayur seperti tomat dan sebagainya. Bahan-bahan ini
menjadi hidangan semacam rujak di Indonesia, tapi rasanya sangat kecut
atau asam.
Naser bersama sang istri, Abeer, kemudian menyiapkan bahan kuah yang
dicampur minyak zaitun. Kuah ini dimasukkan ke wadah yang sudah berisi
kacang Arab dan terigu kebab tadi. Jadilah semacam kolak Arab, tapi
terbuat dari kacang Arab dan terigu kebab. Rasanya tidak manis,
melainkan asam.
Sementara buah squash dimasak terpisah seperti terung dibumbu kalau
di Indonesia. Masakan ini disajikan bersama rujak yang dibuat tadi dan
buah squash.
"Terakhir saya siapkan sup khas Suriah," kata Naser.
Naser kemudian menyajikan semua hidangan yang dimasaknya sendiri itu
ke meja makan keluarga. Di sana sudah menanti istri Naser serta
satu-satunya buah hati mereka, Jamal.
Begitu beduk Magrib tiba, Naser memimpin doa berbuka. Sesaat
kemudian, Naser dan keluarga menyantap buah kurma sebanyak dua biji.
Lalu mereka menyantap sup kaldu yang berturut-turut olahan masakan
lainnya, termasuk masakan rujak ala Suriah dan buah squash.
"Inilah khas hidangan berbuka puasa ala Suriah. Tidak ada yang manis, semuanya asin dan asam. Kecuali kurma," tutur Naser.
Menurut Naser, makanan khas Arab tidak ada yang manis, apalagi pedas. Makanan pedas sangat tidak disukai oleh orang Arab.
"Di Bandung dan di Indonesia banyak masakan pedas, saya sudah mencoba beberapa seperti bala- bala dan siomay," kata Abeer.
Begitulah, Naser dan keluarga kerap menghabiskan waktu berbuka puasa
dengan memasak sendiri hidangan khas Arab. Namun Naser mengakui
sewaktu-waktu mereka juga jajan di luar dan makan masakan khas Bandung.
"Kadang-kadang kami makan nasi juga saat berbuka puasa, tapi jarang.
Saya seringnya masak sendiri saja hidangan khas Suriah," katanya.
Kesulitannya, kata Naser, tidak semua bahan yang akan dimasaknya ada
di Indonesia. Oleh sebab itu, Naser sengaja membeli atau memesan dari
rekan-rekannya atau bahkan berangkat sendiri ke toko yang menyediakan
bahan masakan Arab.
"Ada beberapa di Bandung toko yang menjual bahan-bahan makanan Arab. Kadang saya juga pesan ke Jakarta," ujarnya.
Sumber: Tribun
By: Khansa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment