23 June 2013
Wakil Ketua Umum The Jakmania, Richard Ahmad Supriyanto, menilai
insiden pelemparan bus Persib Bandung di Jakarta, Sabtu (22/6/2013),
belum dapat diidentifikasi dilakukan oleh suporter Persija Jakarta.
Pasalnya, pelaku pelemparan itu hingga saat ini belum diketahui secara
pasti apakah merupakan suporter Persija atau oknum lain yang tidak
bertanggungjawab.
Sebelumnya, bus yang ditumpangi pemain dan ofisial Persib mendapat
lemparan batu dari gerombolan orang saat keluar dari Hotel Kartika
Chandra, tempat tim Maung Bandung menginap. Pihak yang tidak
bertanggungjawab tersebut diduga merupakan suporter Persija.
Mendapatkan intimidasi saat akan menuju ke Stadion Utama Gelora Bung
Karno, manajemen Persib langsung memutuskan menyelamatkan diri dengan
memasuki tol dan membatalkan menghadiri SUGBK. Beberapa bagian bus pun
rusak karena dilempar batu dan bom molotov, seperti yang disampaikan
oleh beberapa ofisial Persib.
Richard mengatakan, pihaknya saat ini mengacu kepada pernyataan
pelatih Persib, Djajang Nurjaman, yang sempat diwawancarai media,
menyebut bahwa oknum pelaku tidak berpakaian warna oranye (warna
kebesaran suporter Persija). Menurut Richard, pernyataan itu yang
dijadikan acuan pihaknya dalam menanggapi insiden ini.
Pernyataan Djajang tersebut berbeda dengan apa yang diucapkan manajer
Persib Bandung, Umuh Muhtar. Kepada Kompas.com, Umuh mengaku yang
melakukan pelemparan bus klubnya memakai atribut oranye lengkap dengan
besi dan batu yang digunakan untuk melempar ke arah badan bus.
“Artinya sampai hari ini juga kita belum jelas. Kejadiannya seperti
apa, karena itu terjadi radiusnya masih jauh dari stadion. Jadi, tidak
benar kalau ada pihak dari Bandung menyatakan yang melakukan itu adalah
suporter Persija, karena semuanya berpakaian preman,” ujar Richard
kepada Kompas.com di Jakarta, Minggu (23/6/2013).
“Jadi, kalau memang ini ranahnya kriminal, silakan pihak kepolisian
untuk mengidentifikasi siapa pelakunya, karena memang tidak berbaju
oranye. Tadi siang pihak Polda menghubungi kami. Kami belum tahu, karena
belum dapat mengidentifikasi karena pelakunya semuanya berpakaian
preman dan hari itu pertandingan tanpa penonton,” tambahnya.
Richard mengakui, masalah rivalitas antarsuporter Persija dan Persib
memang seringkali terjadi baik di Jakarta dan Bandung. Namun, ia
berharap agar persoalan tersebut bisa diselesaikan tanpa berujung kepada
tindakan yang dapat merugikan masyarakat maupun klub masing-masing.
“Ini kan sebuah rivalitas dan itu memang harus ada dalam sepak bola.
Apalagi, teman-teman media bisa melihat Persija main ke Bandung, pernah
dilempari, dan sebagainya. Tetapi, besoknya Ismed Soyfan dan kawan-kawan
tetap bermain. Tapi, memang kami tidak sepakat jika berakhir dengan
kekerasan seperti ini,” kata Richard.
Sumber: BolaIndo
By: Fikri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment