28 October 2012
BANDUNG, (PRLM).- Jika PSSI dan KPSI belum berdamai, pemain anyar
Persib Bandung, Firman Utina menyatakan tidak akan memperkuat Tim
Nasional Indonesia. Menurutnya, konflik dualisme tersebut justru akan
membebani dirinya dan tidak mungkin bisa bermain dengan maksimal.
"Jangan tanya soal nasionalisme, semua pemain pasti mau untuk
memperkuat timnas. Tapi, jika keadaanya seperti ini, saya memutuskan
untuk bermain di klub saja," ujar Firman saat ditemui di Stadion Persib,
Jln. Ahmad Yani, Bandung, Minggu (28/10).
Ia menuturkan, jika memang timnas masih merasa membutuhkan seorang
pemain, seharusnya mereka melakukannya dengan cara yang baik. Semisal,
meminta izin kepada manajemen klub yang sedang diperkuat pemain itu.
"Bukan seperti sekarang, ada pihak-pihak tertentu (dari timnas) yang
mendekati saya secara personal. Ada yang menjanjikan sesuatu, bahkan ada
juga yang sampai mengancam. Itu kan tidak baik, karena akan semakin
memperuncing keadaan (dualisme)," kata pemain terbaik Piala Indonesia
2005 itu.
Firman menambahkan, yang terpenting bagi seorang pemain adalah
mendapat kenyamanan saat bermain. Sekarang, ucapnya, dia tidak mungkin
bisa bermain fokus karena pasti ada tekanan dari kedua belah pihak (klub
dan timnas) jika dia harus menerima panggilan tim nasional yang akan
berlaga di AFC 2012 mendatang.
"Pikiran saya pasti akan terkotak-kotak. Daripada saya tidak bisa
bermain dengan fokus, lebih baik tidak saja. Sekarang saya fokus saja
bermain untuk Persib dan mudah-mudahan bisa memberikan yang terbaik"
ucapnya.
Seperti diketahui, manajemen PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB)
melalui manajer Persib Bandung, Umuh Muchtar menegaskan tidak akan
memberikan izin kepada Firman Utina untuk memperkuat tim nasional yang
dibesut Nil Maizar. Alasannya, Umuh sangat berharap PSSI dan KPSI
berdamai terlebih dahulu. Jika itu sudah terjadi, Umuh mengaku dengan
senang hati pasti memberikan izin kepada semua pemain "Maung Bandung"
yang dipanggil tim nasional Indonesia.
Lebih lanjut, Firman menyatakan dualisme yang tidak kunjung selesai,
akan sangat merugikan tim nasional Indonesia. Pasalnya, banyak sejumlah
pemain berkualitas yang akhirnya tidak bisa memperkuat timnas karena
terbentur perizinan klub yang dibelanya.
"Dengan keadaan seperti ini, sebetulnya pemainlah yang menjadi
korban. Kami mendapat tekanan dari semua pihak yang memiliki
kepentingan. Profesionalisme kami pun sering dipertanyakan. Padahal
semua itu tidak seharusnya terjadi kepada kami," ujar pemain yang
terakhir kali membela timnas pada Piala AFF 2010 itu.
Sumber: PR
By: Fikri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment