Hasil buruk ini tentu mendapat reaksi keras banyak pihak. Seperti biasa, jika Persib kalah, selalu saja ada pihak yang berlomba-lomba saling menyalahkan. Manajemen sendiri mengaku akan segera mengambil langkah evaluasi total, termasuk mengevaluasi kinerja pelatih Jovo Cuckovic.
Namun, apakah jika nanti Jovo jadi dipecat, masalah akan selesai? Sebab, hal ini pun sempat terjadi pada musim lalu. Pelatih Jaya Hartono mundur setelah putaran kedua berlangsung beberapa laga. Alasannya, karena mendapat banyak tekanan akibat kekalahan di banyak laga away. Tapi toh tetap saja tidak mampu mendongkrak prestasi Persib.
Jika mau jujur, mengganti pelatih adalah persoalan yang mudah. Namun, justru merubah kultur di internal Maung Bandung adalah persoalan utama Persib. Ini artinya, bukan hanya pelatih yang harus dievaluasi. Pemain serta manajemen pun harus mau dievaluasi.
Pemain misalnya. Banyak kalangan menilai bahwa pemain Persib banyak yang manja. Selain itu, sikap tidak disiplin juga terlihat dominan. Misalnya saja, pada sesi latihan, kerap saja ada pemain yang absen tanpa izin. Hal itu terbawa sampai di lapangan. Jovo pun kerap mengeluhkan pemainnya yang tidak disiplin saat bermain.
“Saya ingin semua pemain disiplin. Saat mereka menyerang, harusnya segera kembali agar bisa bertahan. Tapi ini tidak. Para pemain sering melakukan kesalahan yang tidak semestinya karena mereka tidak disiplin,” jelas Jovo.
Makanya, mengganti pelatih bukan satu-satunya jaminan Eka Ramdani dkk akan tampil lebih garang pada laga-laga berikutnya. Merubah kultur pemain Persib, yang masih dinilai tidak disiplin menjadi persoalan lainnya. Meski hal ini nantinya akan tergantung kepada cara pelatih menerapkan programnya.
Setelah pelatih dan pemain dibenahi, manajemen pun menjadi sorotan berikutnya. Sikap manajemen yang membiarkan pemain yang indispliner menjadikan pemain Persib terlena. Misalnya saja, pascainsiden Cirebon yang membuat Daniel Darko Janackovic batal direkrut. Kala itu, manajemen juga akan menghukum Markus Haris Maulana. Namun, hingga saat ini, sanksi tersebut tak kunjung datang.
Harus diakui, hal serupa juga terjadi musim lalu. Tidak adanya punishment dari manajemen soal sikap indispliner pemain, menjadikan para pemain di Persib terlena. Tidak ikut berlatih karena persoalan sepele seakan sudah menjadi hal biasa. Dan indispliner ini, rupanya juga dirasakan Jovo saat pemain tengah berlaga.
Terlepas dari apa yang sebenarnya terjadi, ada baiknya semua pihak mulai mengevaluasi diri sendiri sebelum nantinya saling memberikan kritik. Jajaran pelatih, pemain serta manajemen juga harus mau berkaca. Tak lupa juga para sponsor yang sejak musim lalu ikut membantu Maung Bandung bernafas. Setelah itu, barulah semua duduk bersama mencari solusi yang tepat. Waktu dua bulan cukup untuk membenahi semuanya. Menjadikan Persib baru kembali.
Sumber: OkeZone
By: BP

1 comments:
evaluasi harus ada target ukurannya yang dianggap ideal, bukan hanya harus menang saja.
Evaluasi harus didasarkan pada dokumen perencanaan yang telah dibuat oleh jajaran Persib.Perencanaan manajemen, dan perencanaan kualifikasi para pemain Persib dan kualifikasi para pelatih Persib..kalau tidak ada dokumen tertulis ya sulit untuk mengevaluasinya, karena indikator yang akan dievaluasi harusnya ada di dalam dokumen perencanaan...jadi bisa dilihat indikator-indikator kegagalannya, mana yang menjadi indikator kegagalan utama Persib bisa dilihat... evaluasi bukan hanya penilaian secara emosional doang...evaluasi adalah untuk menilai dan menemukan indikator indikator kegagalan dan keberhasilan Persib secara rasional dan faktual..yang kemudian untuk merumuskan kembali perencanaan perbaikan dan peningkatan Persib secara keseluruhan..yang juga harus disepakati bersama (konsorsium, manajemen, tean pelatih, pemain dan kalau memungkinkan perwakilan bobotoh (untuk saat ini bisa dikatakan Persib masih eksis karena masih adanya bobotoh)
Post a Comment